Selasa, 21 Februari 2012

Berdoa Dalam Gelimang Dosa

Oleh Pdt. Bigman Sirait
Reformata.com - APAKAH setiap doa akan  dijawab? Jawabannya bisa  bervariasi, tetapi Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa sikap hati kita sudah merupakan jawaban atas doa kita. Artinya, sikap hati yang buruk maka jawaban hati buruk. Sebaliknya sikap hati yang benar maka jawabannya pun pasti benar. Kalau begitu bagaimana jawaban-jawaban atas doa kita? Dalam  Yesaya 59: 1-2 dikatakan bahwa sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan pende-ngaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar…
Allah mengerti dan tahu semua, tetapi tidak mau mendengarkan doa karena kejahatan yang dilakukan oleh manusia, hidup dalam gelimang dosa. Kita mau datang kepada Tuhan tetapi tidak mengampuni orang yang berdosa kepada kita, bagaimana Tuhan mau memperhatikan doa kita? Karena itu, ketika kita berdoa kita perlu mengakui dulu dosa-dosa kita. Sebelum berdoa kita perlu membereskan sikap hidup kita, periksa baik-baik. Bagaimana kita berdoa kalau dosa-dosa kita tidak mau kita akui? Tuhan tutup kuping, sehingga tidak ada dialog, yang ada monolog, pernyataan Saudara dalam doa.
Kalau kita berdoa dengan benar kita pasti mengalami perubahan. Tetapi kita tidak berubah meski  selalu menaikkan doa di dalam gelimang dosa. Kita selalu menaikkan doa tetapi dalam kejahatan yang kita lakukan. Kita tidak pernah mau membereskan persoalan dosa kita dengan Tuhan. Kita memang paling ngotot supaya Tuhan jawab doa kita. Kita tidak mau melihat seperti apa maunya Tuhan. Kita kecewa sama Tuhan, kalau Tuhan tidak mengabulkan permintaan kita. Tetapi kita tidak pernah mau bertaya apakah kita juga mau melakukan kehendak-Nya?
Apakah doa akan dijawab? Pertama, Tuhan tidak akan mendengarkan doamu karena kejahatan dan dosa-dosamu. Maka kau perlu mengakui dosa-dosamu supaya ada dialog dengan Tuhan. Kalau tidak, doamu cuma monolog, tidak tahu siapa yang mendengarnya.
Jawaban kedua adalah: tidak. Kau sudah minta ini dan itu kepada Tuhan berulang-ulang, tetapi tidak dikabulkan karena kau meminta untuk kepuasan dirimu. Kau meminta bukan untuk kemuliaan Tuhan. Dalam hal seperti ini kita harus hati-hati sekali, itu sebab kita jangan membuka peluang dalam doa kita jika hanya untuk memuaskan diri kita sendiri (baca Yakobus 4: 3).

Jadi jangan pikir, sekali berdoa pasti dijawab Tuhan, kalau tidak dijawab kau ngambek. Anda boleh ngambek dan tinggalkan Tuhan, silakan. Kemuliaan Tuhan tidak berkurang. Kalau DIA mau mencintai kita, itu  luar biasa sekali. Itu kerelaan yang hebat, kasih yang sangat dahsyat. Jadi hati-hati di dalam doa. jangan pikir kalau Saudara punya peranan penting di sana. Tuhan yang penting. Belajarlah dari DIA, senangkanlah hati-Nya, karena DIA adalah puncak doa.
Yang ketiga, kita sudah berdoa tetapi Tuhan bilang “tunggu”. Bisa saja Tuhan menjawab langsung saat itu juga. Tapi Tuhan menyuruh kita menunggu sebagai proses pembentukan kita. Bagaimana kita ini ketika diuji Tuhan, lulus enggak? Tunggunya berapa lama? Itu terserah Tuhan. Tetapi satu hal yang perlu kita ketahui adalah halangan apa pun yang ada, itu dalam kuasa Tuhan. Halangan itu Tuhan ijinkan sehingga jawaban atas doa kita diberikan tepat pada waktunya. Dengan menunggu, iman kita makin teruji dan makin kokoh. Bahkan dalam bersikap terhadap jawaban-jawaban Tuhan kita mesti matang dan dewasa. Jangan kekanak-kanakan, jangan memaksakan kehendak kepada Tuhan. Tuhan tahu apa yang Anda pinta, bahkan sebelum kita minta pun Tuhan sudah mengerti. Mengapa bikin Tuhan seperti tidak mengerti apa-apa? Jadi kita mesti besabar.
Kita mestinya belajar untuk mengiyakan apa yang Tuhan rencanakan. lalu berkata, “Ya Tuhan tolong mampukan kami”. Dengan berserah seperti ini dalam hidup yang penuh krisis  pun kita berjalan bersama Tuhan. Apa yang terjadi Tuhan tahu kok, Tuhan kan tidak pernah salah. Jika saat ini terjadi beragam aksi penganiayaan terhadap umat Tuhan,  itu bukan karena Tuhan sedang dikadali atau dipecundangi oleh orang lain. Tuhan mampu mengendalikan semua, tetapi kita harus belajar. Kenapa itu terjadi, dan kita berkata, “Tuhan Kau tahu mengapa ini terjadi, dan kami tidak tahu, tetapi beri kami pengertian untuk menanggung supaya kami tidak salah di hadapan-Mu”. Begitu mestinya doa kita, sehingga hidup kita menjadi hidup yang benar di hadapan-Nya.

Doa orang benar besar khasiatnya
Yang terakhir, jawaban doa adalah: ya. Dalam Yakobus 5: 16 dikatakan doa orang benar itu besar khasiatnya. Artinya, doa itu akan dijawab “ya”, dan diberikan kepada kita apa yang kita minta karena dinaikkan dengan sikap hati yang benar dan meminta yang benar. Kadang-kadang memang menjadi doa yang unik juga ketika kita bilang begini: “bukan kehendakku tetapi kehendak-MU-lah yang jadi”.  Bila kita mendoakan yang sakit supaya sembuh, itu kehendak kita atau kehendak Tuhan? Kita biasanya bilang itu kehendak Tuhan. Rasul Paulus sakit. Duri dalam dagingnya tidak bisa dicabut, sampai Paulus bilang, “Cukuplah kasih karunia-Mu”. Karena itulah yang dikatakan Tuhan kepadanya “Cukuplah kasih karunia-KU bagimu”. Timotius sakit pencernaan, pasti sudah didoakan Paulus, tetapi disuruh minum anggur. Artinya, di dalam doa yang benar harus dengan cara yang benar konsep yang benar.
Akhirnya kalau kita berdoa yang benar itu, dan dijawab oleh Tuhan, kita tidak perlu besar kepala, dan lantas mengklaim diri spesialis doa orang sakit. Kalau orang yang Anda doakan sembuh dari sakitnya, itu anugerah Allah. Kata kuncinya: Bukan kehendakku, kehendak-MU-lah yang jadi. Berarti yang jadi kehendak Tuhan kan? Jadi jangan klaim diri Anda sebagai spesialis doa orang sakit.
Karena itu, mari kita berdoa dengan tepat dengan benar supaya boleh menyenangkan hati Tuhan dan akhirnya kita mengerti bagaimana DIA memuaskan hasrat hidupmu dan engkau boleh berkata dalam pengalaman hidupmu, “Sungguh Tuhan hidup dalam hidupku”. Amen.
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P Tan)
Sumber: http://reformata.com/04974-berdoa-dalam-gelimang-dosa.html

Selasa, 14 Februari 2012

Sejarah Valentine's Day


Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul dari Valentine’s Day, namun pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Peringatan hari besar ini dirayakan untuk menghormati Juno (Tuhan Wanita) dan Perkawinan, serta Pah (Tuhan dari Alam). pada saat itu digambarkan orang-orang muda (laki-laki dan wanita) memilih pasangannya secara diundi, kemudian mereka bertukar hadiah sebagai pernyataan cinta kasih. Dengan diikuti berbagai macam pesta dan hura-hura bersama pasangannya masing-masing.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998). Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine.” Sumber : The World Book Encyclopedia 1998.
Sumber : http://inspirasijiwa.com/?p=1672

Senin, 13 Februari 2012

KEKRISTENAN YANG SEJATI – KHOTBAH PASKAH

KEKRISTENAN YANG SEJATI – KHOTBAH PASKAH
(REAL CHRISTIANITY – AN EASTER MESSAGE)
Oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
Diterjemakan Dr. Eddy Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Kebaktian Minggu Malam 23 Maret 2008
“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (I Korintus 15:17).

Malam ini saya akan berbicara tentang tema “Kekristenan Sejati.” Kita menemukan banyak Kekristenan semu dan Kekristenan palsu hari ini. Bagaimana Anda dapat membedakan antara yang sejati dan yang palsu? Itulah pokok bahasan kita malam ini. Saya akan memberikan empat hal yang nyata tentang Kekristenan Alkitabiah yang benar-benar asli.
I. Pertama, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Kristus sungguh-
sungguh bangkit dari antara orang mati.
Seluruh konteks dari perikop dalam 1 Korintus ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus sedang berbicara tentang kebangkitan tubuh Kristus secara lireral dan fisikal. Saya pernah diajar oleh beberapa professor di salah satu seminari di mana saya pernah studi yang berkata bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati dalam pikiran para Murid. Itu adalah trik untuk mengatakan bahwa tubuh-Nya tidak benar-benar bangkit, itu hanya bangkit “dalam pikiran para Murid.” Namun faktanya itu tidak benar. Pada kenyataannya para Murid tidak percaya “di dalam pikiran mereka” bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati sampai mereka benar-benar melihat Dia. Hanya setelah mereka melihat Dia dan menyentuh-Nya, akhirnya mereka percaya bahwa tubuh-Nya telah bangkit. Agama Kristen seluruhnya bersandar pada fakta bahwa Yesus benar-benar bangkit secara fisikal dari kubur. Hanya ketika para pengikut-Nya melihat Kristus, dan mengalami perjumpaan dengan Kritus, sehingga akhirnya mereka diyakinkan bahwa Ia telah bangkit. Dan itu bukan sekedar roh-Nya yang bangkit. Bukan demikian. Ketika Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya kepada sebelas Murid, Ia berkata,
“‘Damai sejahtera bagi kamu!’ Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.’ Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka”
(Lukas 24:36-40).
Mereka dapat melihat lubang bekas paku dari tangan dan kaki-Nya yang dipakukan di kayu salib. Ia bahkan berkata kepada salah satu murid, yaitu Tomas, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” (Yohanes 20:27).
Ayat-ayat dalam Kitab Suci ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar bangkit dari antara orang mati secara fisikal, tubuh-Nya bangkit dari kubur. Dan tidak ada cara lain untuk menunjukkan fakta bahwa Ia bangkit secara fisikal, selain menunjukkan tulang dan daging. Tubuh fisik Yesus bangkit dari antara orang mati dalam kubur di mana mereka menguburkan Dia, kubur yang telah disegel, dengan berada dalam pengawasan para prajurit Romawi sepanjang siang dan malam. Namun Yesus bangkit dan menghancurkan semua penghalang itu dan keluar dari kubur secara fisikal, bangkit dari antara orang mati.
Itu adalah fakta pertama. Kami percaya dalam kebangkitan tubuh Yesus Kristus karena itu adalah apa yang catatan dari empat Injil jelaskan kepada kita. Kita tidak perlu bukti lain. Ini telah menjadi kepercayaan jutaan orang sejak zaman ketika tubuh Kristus bangkit, hidup dan berjalan keluar dari kubur. Kekristenan sejati tetap berdiri atau jatuh di dasarkan pada catatan empat Injil tersebut, yang menjelaskan kepada kita bahwa Ia telah bangkit. Ambillah mujizat tentang kebangkitan tubuh Kristus maka tidak ada dasar sama sekali bagi pemberitaan orang Kristen. Ia bukan hidup kembali secara roh; Ia sekarang hidup dalam tubuh yang telah dibangkitkan dari antara orang mati. Itu adalah dasar kebenaran iman Kristen. Kami percaya di dalam kebangkitan Yesus Kristus! Rasul Paulus membuat ini jelas ketika ia berkata dalam ayat ini,
“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”
(I Korintus 15:17).
II. Kedua, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Kristus benar-benar mati
secara fisikal di kayu Salib untuk membayar penghukuman atas dosa.
Kami percaya bahwa Yesus Kristus telah mati dan benar-benar sebagai penebusan pengganti untuk membayar penghukuman dosa-dosa kita. Alkitab berkata,
“Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” (I Korintus 15:3).
Kristus benar-benar mati di kayu Salib, untuk membayar penghukuman dosa-dosa yang riil dari orang-orang berdosa. Lagi pula, Ia mencurahkan Darah riil di atas kayu Salib untuk menyucikan dosa-dosa riil. Ini bukan sekedar cerita indah atau mitos, ini adalah fakta, dan semua itu adalah fakta yang riil. Mempercayai fakta-fakta riil tentang kematian Kristus sebagai korban penebusan ini, dan percaya di dalam kuasa Darah-Nya yang menyucikan, dan Anda akan diselamatkan. Menolak semua fakta ini akan membuat Anda dihukum. Ini sungguh riil, sungguh penting. Yesus sendiri berkata,
“Siapa yang percaya… akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16).
Tujuan kekal Anda tergantung pada apakah Anda percaya fakta riil tentang kematian Yesus ini, untuk menyelamatkan Anda dari dosa, maka datanglah kepada Dia dengan iman yang riil, dan berikanlah hati dan hidup Anda kepada Dia. Maka Anda akan benar-benar diselamatkan.
III. Ketiga, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Anda
memerlukan pertobatan sejati.
Kami berpegang teguh bahwa Anda harus percaya lebih dari hanya sekedar mempercayai fakta-fakta tentang Kristus. Harus ada yang lebih dari sekedar mempercayai fakta-fakta itu. Anda harus datang kepada Kristus dan benar-benar mengalami perjumpaan dengan Kristus yang hidup, dan benar-benar mengalami pertobatan. Tidak ada pertobatan palsu yang dapat diterima. Apa yang Anda perlukan adalah pertobatan sejati, dan Anda dapat memilikinya jika Anda mau meletakkan kesombongan Anda dan pembenaran diri Anda dan mau datang kepada Yesus, mengalami perjumpaan dengan Kristus yang hidup, yang sekarang ada di Sorga di sebelah kanan Allah. Jangan menerima penggantian penebusan yang lain untuk mengalami pertobatan sejati di dalam Kristus. Semua penggantian penebusan lainnya akan gagal menyelamatkan Anda. Yesus berkata,
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat… kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius 18:3).
Tidak ada penggantian penebusan lain bagi pertobatan sejati. Oleh sebab itu, Anda harus menemukan pertobatan sejati di dalam Kristus Yesus. Jika Anda memiliki pertobatan yang palsu Anda akan kehilangan jiwa Anda untuk selama-lamanya dalam api Neraka, seperti yang sering Yesus sampaikan dalam empat Injil. Yesus berkata,
“Kamu harus dilahirkan kembali” (Yohanes 3:7).
Kelahiran baru adalah sisi lain dari pertobatan. Anda harus dilahirkan kembali dan bertobat, atau Anda tidak dapat menjadi orang Kristen sejati tidak peduli berapa banyak Anda sudah berdoa dan menghadiri gereja. Tidak satupun dari semua itu yang akan dapat menolong Anda kecuali Anda benar-benar mengalami kelahiran kembali dan bertobat, dengan pertobatan sejati.
IV. Keempat, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa orang yang benar-
benar bertobat akan menghidupi kehidupan Kristen sejati.
Anda hanya dapat menghidupi kehidupan Kristen yang sejati setelah Anda bertobat. Anda dapat menjadi orang yang sangat religius namun tanpa pertobatan, namun tak satupun dari semua itu membuat Anda menjadi Kristen sejati sampai Anda benar-benar datang kepada Kristus, menghempaskan diri Anda sendiri kepada Dia, dan menerima hidup kekal, hidup baru, yang akan memampukan Anda menghidupi kehidupan Kristen yang sejati dalam gereja lokal ini. Ya, kami percaya bahwa Anda dapat menghidupi kehidupan Kristen yang sejati setelah Anda mengalami pertobatan sejati. Yesus berkata,
“Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”
(Yohanes 3:36).
Sobatku yang terkasih, ini adalah hal-hal yang riil, hal-hal yang harus mengambil hati Anda, dan harus diterima sebagai realitas, jika Anda mau mewarisi kehidupan kekal. Dan semua ini mulai ketika Anda benar-benar percaya bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit secara fisikal dari antara orang mati. Ayat kita berkata,
“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”
(I Korintus 15:17).
“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah [tidak ada artinya, tidak ada gunanya] kepercayaan kamu.” Inilah doa saya, yaitu kiranya Anda melihat kehidupan yang sia-sia jika Anda belum datang kepada Kristus yang telah bangkit dan belum percaya kepada Dia dengan segenap hati Anda. Lakukanlah itu, dan semua poin ini akan menjadi bukti itu sendiri, dan Anda akan dipertobatkan, menjadi orang Kristen sejati untuk pertama kalinya dalam hidup Anda. Kiranya kebangkitan Kristus menjadi realitas kehidupan dalam jiwa dan hidup Anda. Seperti yang tertuang dalam salah satu lagu yang digubah oleh penginjil masa lalu, Paul Rader berkut ini,
Maria melihat Dia, dan berseru “Guru!”
Setelah ia pulang dari kubur;
Tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka,
Masuk ke dalam ruangan yang terkunci.
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Kuasa maut dikalahkan –
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Petrus melihat Dia di tepi pantai,
Makan bersama Dia di tepi pantai itu;
Yesus berkata, dengan bibirnya yang pernah mati,
“Petrus, apakah engkau mengasihi Aku?”
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Kuasa maut dikalahkan –
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Tomas telah melihat Dia di ruangan itu,
Memanggil Dia Guru dan Tuhan
Mencucukkan jarinya ke dalam
Lubang karena paku dan pedang itu.
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Ia yang telah mati bangkit kembali!
Kuasa maut dikalahkan –
Ia yang telah mati bangkit kembali!
(“Alive Again” by Paul Rader, 1878-1938).
(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah-khotbah Dr. Hymers setiap minggu di Internet
di www.realconversion.com. Klik on “Manuskrip-Manuskrip Khotbah.”
Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Dr. Kreighton L. Chan: Lukas 24:36-43.
Lagu Solo Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“Alive Again” (by Paul Rader, 1878-1938).

GARIS BESAR KHOTBAT
KEKRISTENAN YANG SEJATI – KHOTBAH PASKAH
(REAL CHRISTIANITY – AN EASTER MESSAGE)
Oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
Diterjemakan Dr. Eddy Purwanto
“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (I Korintus 15:17).
I. Pertama, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Kristus sungguh-
sungguh bangkit dari antara orang mati, Lukas 24:36-40;
Yohanes 20:27.
II. Kedua, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Kristus benar-benar
mati secara fisikal di kayu Salib untuk membayar penghukuman atas
dosa, I Korintus 15:3; Markus 16:16.
III. Ketiga, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Anda memerlukan
pertobatan sejati, Matius 18:3; Yohanes 3:7.
IV. Keempat, Kekristenan sejati mengajarkan bahwa orang yang benar-benar
bertobat akan menghidupi kehidupan Kristen sejati, Yohanes 3:36.

Minggu, 12 Februari 2012

Berkat atau Kutuk

Ilustrasi: Berkat atau Kutuk

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah di lihat begitu kemegahannya, keagungannya dan kekuatannya.

Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak, "Kuda ini bukan kuda bagi saya," ia akan mengatakan. "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat." Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tetap tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh," mereka mengejek dia, "sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami sudah peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin. Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan di bayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan."

Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?"

Orang protes, "Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan."

Orang tua itu berbicara lagi, "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami."

Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu."

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.

"Kamu benar," kata mereka, "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi."

Orand tua itu berbicara lagi, "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong."

Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia sedang terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka mungkin tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.

"Kamu benar, orang tua," mereka menangis, "Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".

Orang tua itu berbicara lagi, "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu."

* * * *

Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

Saya tidak tahu dari mana si tukang kayu belajar menjaga kesabarannya. Mungkin dari tukang kayu lain di Galelia. Sebab tukang kayu itulah yang paling baik mengungkapkannya:

"Janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri."

Ia adalah yang paling tahu. Ia menulis cerita kita. Dan Ia sudah menulis bab yang terakhir. (In The Eye of The Storm - Max Lucado)

Jumat, 10 Februari 2012

DOA dan PUASA

DOA & PUASA

oleh Jerry Elim


I Yohanes 5:14
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”

Matius 6:16-18
"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."



A. DOA (PRAY)

 A.1. ETIMOLOGI

 “Doa” dalam bahasa Ibrani adalah p?lal (verb); bhs Inggris : “to pray (Kej. 20:7; Bilangan 21:7), intervene (Ul. 9:20, 1 Sam. 12:23), mediate (1 Sam. 2:25), judge (Mazmur 106:30)”. Dalam bahasa Greek terdapat beberapa pengertian antara lain : 1). “Euchomai” yang mengandung arti “wish”=ingin/keinginan (3 Yoh. 1:2), “wish for”=mengharapkan (Kis. 26:29). 2). “Proseuchomai” (Rom. 8:26; Ef. 6:18; Filipi 1:9). 3). “Er?ta?”=”to ask”=“meminta” (Yoh. 17:9,15, 20), “memohon” (1 Yoh. 5:16). 4). “Deomai”=“to desire”=“hasrat/keinginan” (2 Kor. 5:20).

A.2. TERMINOLOGI

 Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (Anak-anakNya) dalam bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-jawaban kepada anak-anakNya yang datang meminta, mencari & mengetok (Matius 7:7-8). Doa adalah keterpautan “roh, jiwa & tubuh” manusia dengan TUHAN Allah dalam suatu waktu, ruang & kondisi/keadaan.

A.3. MENGAPA ORANG KRISTEN HARUS BERDOA ?

 Doa atau berdoa adalah kata yang sangat populer yang dikenal oleh semua orang, baik Kristen maupun yang bukan Kristen. Doa dalam pengertiannya yang secara universal selalu berhubungan dengan sesuatu yang berada di luar kehidupan normal seorang manusia yang lebih bersifat supranatural. Doa adalah suatu dimensi yang berhubungan dengan alam roh. Semua orang dapat berdoa sesuai dengan keyakinan atau sesuatu yang dipercayainya memiliki kuasa yang diluar kekuatan/kuasa manusia biasa. Sehingga doa juga merupakan suatu “medan magnit” yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan sesuatu roh supranatural diluarnya.

 Secara teologis Kristiani, kehidupan manusia selalu diperhadapkan pada dua kutub medan magnit yang sangat kuat daya tariknya. Pertama, kutub medan magnit yang datang/berasal dari TUHAN Allah sang Pencipta dalam nama TUHAN YESUS KRISTUS, yang menarik kita dengan kekuatan kasihNya kedalam kehidupan yang kekal. Kedua, asalnya dari si Iblis, bapa dari segala dusta yang berusaha menarik manusia untuk mengikuti segala dustanya dan akan berakhir dalam nyala api neraka untuk selama-lamanya (Yoh. 8:44).

 Sebagai orang-orang yang hidup dalam anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan Yesus, kita harus selalu berdoa kepada Allah Bapa di surga yang menandakan suatu bentuk hubungan yang intim denganNya. Mengapa harus selalu berdoa ?

 Alkitab memberi beberapa alasan mendasar, mengapa setiap orang Kristen harus selalu memiliki kehidupan doa yang permanen/berkesinambungan.

  1. Membangun dan membina komunikasi penuh keakraban dengan Allah Bapa sehingga dapat mengenal rencana dan kehendakNya dalam kehidupan kita. (Mat. 6:6, Roma 1:10; 8:27-28).

  2. Mengenal pribadi dan kasih Yesus (Efesus 3:18-19; Filemon 1:6)

  3. Mohon petunjuk TUHAN (KPR. 1:24).

  4. Mohon diperlengkapi dengan kuasa ROH KUDUS untuk berani menyampaikan firman Tuhan kepada banyak orang (KPR. 4:31).

  5. Mohon pengampunan atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat (Lukas 11:4).

  6. Mohon kekuatan Allah memampukan menghadapi penderitaan (Lukas 22:41-44; Yakobus 5:13).

  7. Supaya jangan jatuh dalam pencobaan yang dapat mengakibatkan gugurnya iman (Matius 26:41; Lukas 22:31-32)

  8. Supaya orang lainpun dapat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (KPR. 26:29; Kolose 4:3; 2 Tes. 3:1).

  9. Supaya terjadi pemulihan, baik secara jasmani maupun rohani sehingga dapat memberi semangat/hidup baru dalam mengiring dan melayani TUHAN (Maz. 41:4; 80:4; 85:5; 126:4).

Dengan doa, kita diberi kesanggupan untuk bertindak dalam segala hal menurut kehendak TUHAN. Kesanggupan
untuk merasakan kasih, untuk berbicara menurut hukum kasih, dan untuk melakukan segala sesuatu yang selaras
dengan hukum kasih seperti yang tercatat dalam Alkitab.

Allah dapat menolong kita. Pertolongan yang diberikanNya, jauh lebih besar dari yang dapat dilakukan seorang ayah (secara biologis) kepada anaknya. Dialah Allah Bapa kita yang sangat mengasihi kita. Kita membutuhan hal-hal yang baik dari Allah untuk membantu kita “berlaku adil, mencintai belas kasihan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu (Mikha 6:8). Kita membutuhkan bantuan Allah untuk bertindak secara persaudaraan, dengan bijaksana dan mulia, untuk menghakimi dengan jujur dan dengan kasih sayang. Bantuan Allah untuk melakukan semua hal ini menurut cara Allah diperoleh dengan doa (Matius 7:7).

A.4. PRINSIP-PRINSIP DOA

“Saya telah menjadi orang Kristen bertahun-tahun lamanya tetapi saya mendapati doa itu benar-benar sangat membosankan. Saya sudah membaca sejumlah buku tentang doa, tetapi tidak ada yang memberikan saya penanganan masalah itu. Saya malu karena tidak pandai berdoa dan tidak bisa berdoa untuk waktu yang lama seperti doa syafaat. Saya terlalu sibuk dan terlalu capek, sehingga tidak memiliki sedikit waktu walau hanya 5 menit untuk berdoa. Saya tidak tahu dari mana harus mulai berdoa. Saya tidak bisa berdoa karena tidak layak; dosa saya terlalu banyak dan tidak mungkin diampuni semuanya. Saya tidak bisa berkonsentrasi setiap kali hendak berdoa karena pikiran yang kacau.”

Alasan-alasan seperti yang terkutip di atas, sering dijumpai dalam kehidupan kebanyakan orang Kristen ( -- mungkin --, sama seperti saya yang sedang mengikuti PA ini).

Kita haruslah menyadari bahwa tingkat kemajuan dalam kehidupan Kristen sangat ditentukan oleh kekuatan kita dalam doa. Jika tidak berdoa maka kita tidak bertumbuh secara rohani. Kita harus bisa menerapkan prinsip-prinsip doa yang benar, yang dapat menolong membentuk pola doa yang efektif. Tidak cara lain untuk masuk dalam kehidupan Kristen yang berhasil dan berkemenangan tanpa praktek doa yang disiplin.

Banyak orang Kristen merasa sulit berdoa. Beberapa menggunakan doa yang tercetak. Beberapa lagi, menghafalkan urutan kalimat yang digunakan pada awal dan akhir dari doa. Yang lainnya, yakin bahwa doa itu hanya bermakna bila diucapkan secara spontan, berdoa hanya saat mereka merasa ingin berdoa.

Penerapan kehidupan Kristen yang paling penting tidak bisa diserahkan pada perasan yang tidak dapat diramalkan. Seiap orang Kristen perlu membangun pendekatan doa yang sistematis untuk dirinya sendiri – yang sederhana dan tidak rumit tetapi cukup untuk memberikan pertumbuhan rohani individu.

Berikut ini, ada beberapa prinsip doa yang dapat membantu kita untuk bisa berdoa secara efektif dan lebih berkuasa :

  • Napaskan Doa untuk Pertolongan saat memulai. (Kisah Para Rasul 10:2).

Ketika kita berusaha mengembangkan doa yang lebih efektif, waspadalah dengan kenyataan bahwa iblis akan melakukan segala hal dengan kekuatannya untuk melemahkan perhatian kita ke hal lain. Iblis, musuh jiwa kita berusaha memutuskan napas rohani kita karena ia tahu bila hal ini dilakukan, kita mati atas kemauan kita sendiri. Kita harus menyadari, makin kita berdoa, kerohanian kita makin bertumbuh. Doa memeriahkan seluruh kehidupan. Jika doa ketinggalan, kehidupan merosot. Jika kita tahu bagaimana berdoa, kita tahu juga bagaimana untuk hidup, jika tidak maka kita hanya hidup.

  • Tentukan Waktu yang Jelas. (Mazmur. 5:3).

Pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupan Kristen menuntut ketegasan diri kita sendiri dalam hal menetapkan waktu yang jelas untuk berdoa. “Orang yang tidak menyediakan waktu untuk saat teduh pada pagi hari, menyediakan waktu untuk saat yang tidak tenang di sepanjang hari itu”.

  • Tetapi Janji untuk Tetap Berdoa (Pengkhotbah 5:1-5).

Kadangkala, doa bisa menjadi pekerjaan yang menjemukan. Jika waktu doa kita dilakukan hanya berdasarkan perasaan, maka saat teduh kita dengan Allah akan menjadi sangat jarang. Kita harus belajar berdoa dan menepati janji kita dengan Allah, baik kita merasa menyukainya ataupun tidak.

  • Temukan Tempat yang Cocok untuk Berdoa. (Matius 6:6).

  • Berdoalah dengan Rileks dan Mau Menerima (Daniel 3:17-18).

  • Mulai Waktu Doa dengan Membaca Alkitab (Ibrani 4:12)

  • Persembahkan Doa dalam Nama Yesus (Yoh. 14:13-14).

  • Dengarkan Suara Tuhan (Wahyu 3:20; Yesaya 50:4b).

  • Membuka Diri terhadap Aliran Roh Kudus (Roma 8:26; Efesus 5:18).

  • Mengakali Pikiran yang Mengembara (2 Korintus 10:5).

  • Puasa menambah Kualitas Doa (Matius 17:21, Matius 4:1).

  •  Pahami dan Terapkan Dasar-dasar Iman (Ibrani 11:1, 6; Yakobus 5:15-16)



B. PUASA (FAST)

 B.1. ETIMOLOGI

Kata benda ‘puasa’ berasal dari kata tsom dalam bahasa Ibrani dan “n?steia”(noun) – “n?steu? (verb) dalam bahasa Yunani, fast (Ingg) yang berarti : a) dengan sukarela mengadakan pemantangan terhadap makanan (Lukas 2:37; Mat. 4:2). b) dengan terpaksa mengadakan pemantangan terhadap makanan (2 Kor. 6:5; 11:27).

 B.2. TERMINOLOGI

Menurut Ensiklopedia Grolier, puasa adalah : Tindakan menjauhkan diri dari makanan, baik secara keseluruhan atau sebagian, untuk suatu masa tertentu.
Berpuasa adalah dengan sukarela dan dengan sengaja tidak makan dan minum dengan tujuan agar supaya dapat memusatkan pikiran terhadap doa. Atau dengan lain perkataan, puasa adalah suatu keputusan tindakan yang dengan kesadaran penuh menjauhkan diri dari makanan ataupun minuman untuk menambah kuasa yang lebih besar pada doa seseorang.


 B.3. JENIS-JENIS PUASA

  1. Puasa Normal, dilakukan tanpa makanan selama masa tertentu dan hanya memasukkan cairan. Lamanya bisa satu hari (Hakim-hakim 20:26).

  2.  

  3. Puasa Mutlak, dilakukan tanpa makanan atau air (Ester 4:16; Yunus 3:5-7).

  4.  

  5. Puasa Parsial, melibatkan penghilangan jam makan dalam sehari, atau menghilangkan makanan tertentu untuk suatu masa tertentu.

  6.  

  7. Puasa Bergilir, melibatkan penghindaran makan tertentu secara berkala.


 B.4. TUJUAN BERPUASA

- Untuk meremukkan jiwa (Mazmur 69:11).
- Untuk merendahkan diri (Ezra 8:21; Mazmur 35:13).
- Untuk mencari TUHAN (2 Tawarikh 20:3-4).
- Untuk bersiap dalam peperangan rohani (Matius 17:21).




 B.5. MANFAAT BERPUASA


- Meletakkan tubuh pada tempatnya (1 Korintus 9:27).
- Memberikan kemenangan atas pencobaan (Matius 4:1-2).
- Mempertajam pengertian rohani kita sehingga memampukan kita mengambil keputusan yang benar (Matius 4:10).


 B.6. KARAKTERISTIK PUASA YANG ALKITABIAH (Yesaya 58:3-9)

- Puasa Para Murid (Matius 17:21).
- Puasa Ezra (Ezra 8:23).
- Puasa Samuel (1 Samuel 7:6).
- Puasa Elia (1 Raja-raja 19:4-8).
- Puasa Janda (1 Raja-raja 17:16).
- Puasa Rasul Paulus (KPR. 9:9).
- Puasa Daniel (Daniel 1:8).
- Puasa Yohanes Pembaptis (Lukas 1:15).
- Puasa Ester (Ester 4:16’ 5:2).


C. KESIMPULAN

Tuhan telah menciptakan kita demikian rupa sehingga kita perlu mengetahui tujuan dan manfaat sesuatu, apabila kita dimotivasikan bekerja untuk hal itu. Mungkin sekiranya kita telah menyadari manfaat doa yang sesungguhnya, kita telah menjalankan kehidupan doa sejak lama. Motivasi bekerja atas dasar keinginan. Agar seorang bisa berdoa, ia harus belajar memiliki keinginan untuk berdoa. Untuk berdoa seperti yang dikehendaki oleh Alkitab, orang itu harus memperkembangkan suatu keinginan besar untuk berdoa. Saat yang paling tepat untuk berdoa adalah disaat kita tidak bisa berdoa. Dengan tetap berdoa, kita senantiasa berada dalam otoritas Allah yang maha dahsyat yang memampukan kita bertumbuh dan berkarya bagi Kristus.

Jika setiap orang Kristen berpuasa, hasil-hasilnya akan menggoncangkan lingkungan sekitar, seperti angin badai membengkokkan sebatang pohon. Orang Kristen akan menunjukkan bahwa mereka hidup dengan cara yang berbeda, bahwa iman mereka sangatlah penting, bahwa Yang Mahakuasa bekerja dalam hidup mereka sehari-hari. Jika seluruh gereja berpuasa, mereka akan bergerak maju dalam penginjilan, bersaksi dan memiliki jangkauan dalam mencukupi dan membantu sesama.

Melalui doa dan puasa, kita dapat memusatkan pikiran kita kepada Kristus yang memberi kuasa untuk melawan nafsu kita sendiri, kehendak daging kita sendiri, kehendak mata dan kebanggaan hidup pribadi. Tujuannya adalah supaya kita dapat menjalankan hidup yang suci dan murni di hadapan Tuhan. Melalui doa dan puasa, benteng pertahanan iblis dihancurkan, memutuskan belenggu kejahatan, membebaskan orang-orang yang tertindas dan memberikan kelepasan yang sempurna. Ketika seorang Kristen berdoa dan berpuasa, maka ia sementara menghimpun kekuatan dahsyat sebagai senjata pamungkas dalam menghadapi peperangan rohani. Imanuel….

http://www.sabdaspace.org

Kamis, 09 Februari 2012

Kisah Inspirasi Dari Sebuah Mujijat Bernama Joel

Namaku Joel, ketika usiaku 22 bulan, api membakar 85 % dari tubuhku dalam sebuah kecelakaan mobil yang hebat.

Aku bersyukur...

Ketika aku melihat kembali seluruh hidup saya sejauh ini, aku tidak tahu mengapa segala sesuatu terjadi kepadaku seperti ini. Tapi aku tahu DIA yang telah bersama-sama dengan aku melalui semuanya itu  dan telah membawa aku sampai ke titik ini.
Jadi meskipun aku tidak tahu persis ke mana DIA akan membawa aku, aku tahu untuk siapa aku hidup.


Karena aku tahu siapa yang memegang kendali,dan karena aku telah melihat dan menghargai apa yang sudah DIA lakukan, saya bisa mempercayakan masa depan saya kepada-Nya. Bukan berarti saya tidak punya impian sendiri.  Tapi aku ingin impianku menjadi sama dengan impian Tuhan untuk hidupku.


Saya masih bermimpi dan berdoa tentang menikah dan memiliki keluarga suatu hari nanti. saya tidak sabar untuk memiliki anak dengan jari! Tapi aku puas menunggu dan melihat bagaimana atau apa ketetapan Allah untuk itu. Beberapa impian saya sudah menjadi kenyataan. Aku selalu ingin menulis buku, dan sekarang aku sudah mencapainya....


(Sekarang impian Joel untuk menikah pun sudah menjadi kenyataan dan dia juga sudah memiliki anak...)


Pada tanggal 15 September 1979, Joel yang masih berumur 22 bulan dibawa berlibur oleh keluarganya.  Joel berada dalam mobil dengan ayahnya dan pamannya. Di mobil lain ibu Joel, bibi, dan kakak perempuannya yang masih  berusia tiga tahun. Tujuan liburan mereka adalah di Maine. Tapi kemudian, saat mereka berhenti di sebuah gerbang tol New Hampshire, truk  trailer 36-ton menabrak deretan mobil-mobil termasuk yang membawa Joel dan keluarganya.


Para wanita keluar dari mobil mereka dengan terluka. Tapi mobil Chevy hijau yang membawa Joel terbakar hebat. Ayah Joel dan paman bergegas keluar dengan pakaian dan rambut mereka terbakar. Mereka masing-masing mengira salah satu dari mereka pasti sudah menyelamatkan Joel. Ternyata tidak.


Salah seorang yang lewat mendengar mendengar tangisan Joel, dia nekat masuk ke dalam mobil, dan menariknya keluar dari kursi mobilnya. Ketika ibu Joel menemukan anaknya terbaring di tanah, ia tampak seperti massa abu. Lengannya hangus dan bergetar, rambutnya sudah lenyap, dan wajahnya hitam, ia benar-benar membara.


Petugas penyelamat tiba beberapa menit kemudian, menuangkan air pada Joel untuk mendinginkan kulitnya, dan bergegas membawanya dengan ambulans ke rumah sakit terdekat. Dari sana dia dibawa ke rumah sakit besar di Boston. Di sana, harapan hidupnya diperkirakan hanya 10 persen.


Beberapa hari kemudian Joel dipindahkan ke Shriners Burn Institut, di mana ia menerima pengobatan lanjutan, cangkok kulit yang sangat menyakitkan. Luar biasanya, dia tetap kuat bertahan menghadapi semua penderitaan yang menyakitkan. Empat setengah bulan kemudian, setelah operasi yang tak terhitung jumlahnya, ia kembali bersama orang tuanya ke rumah keluarganya di Nyack, New York.


Tapi itu hanya langkah pertama dalam perjalanan hidup Joel, perjalanan panjang untuk hidup normal. Dia menderita melalui operasi dan perawatan yang sangat menyiksa selama bertahun-tahun. Dia terus menderita dengan rasa sakit fisik dan emosional konstan.


Ketika ia masih kecil, Joel seketika mulai menyadari  betapa kejamnya dunia terhadap orang-orang yang "berbeda." Tatapan dan komentar mengikutinya ke  mana-mana. Orang meninggalkan restoran karena wajahnya mengganggu mereka.


Bahkan sekarang,  Joel masih mendapat beberapa tanggapan yang sama dari orang asing yang merasa tidak nyaman. Dan dia tidak selalu yakin bagaimana untuk bereaksi.


"Kadang-kadang aku merasa marah," akunya. "Kadang-kadang aku hanya mengabaikan mereka Terkadang aku ingin bersenang-senang sedikit dengan mereka. Mengikuti mereka  atau hal-hal gila seperti itu.  Kadang-kadang terasa menyesakkan.. Kadang-kadang aku hanya ingin pergi.


"Saya  ingin mengatakan bahwa saya hanya ingin tersenyum setiap kali, tapi itu tidak terjadi. Saya tidak ingin berpura-pura... Saya masih belajar untuk tersenyum terhadap rasa ingin tahu orang."


Pengampunan


Sonnenberg sekeluarga -  ayah Mike, ibu Janet, Joel, saudara-saudara perempuannya Jami, 23, dan Sommer, 17, dan saudaranya Kyle, 8-mengisi barisan depan ruang sidang. Semuanya dan Kyle berbicara ke pengadilan. Setelah menceritakan rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan oleh kecelakaan, setiap anggota keluarga berbicara tentang kuasa Yesus Kristus yang  mengubah kehidupan dan menawarkan pengampunan.


Orang terakhir yang berbicara pada  sopir truk itu adalah Joel.


"Ini adalah doa saya untuk Anda, [Mr Dort] ... bahwa kamu tahu, kasih karunia Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus tidak memiliki batas dan dunia tidak akan masuk akal tanpa Dia ..."


Setelah Joel berbicara, keluarganya kembali menelan isak tangis mereka. Bahkan orang-orang di ruang sidang yang tidak pernah bertemu Joel berlinang air mata.

(http://www.pelitahati.co/)

ELOHIM atau YHWH?

Oleh Pdt. Mangapul Sagala.
Dalam beberapa waktu belakangan ini, ada kelompok yang menentang penggunaan kata Elohim dan hanya menerima nama YHWH sebagai panggilan yang benar kepada Allah. Kelompok tersebut mencoba meyakinkan pendengarnya dengan berbagai macam cara, baik melalui berbagai ceramah dan seminar, maupun dengan memproduksi VCD. Bagaimana sesungguhnya? Apakah kelompok tersebut dapat dibenarkan? Jika kita mengamati Perjanjian Lama, khususnya kitab Pentateuch (Lima kitab Musa), maka kita akan menemukan bahwa ada tiga nama yang independen digunakan untuk Allah. Nama pertama yang ditemukan di dalam text adalah Elohim (atau ‘El, ‘Eloah). Ini adalah nama umum untuk “Allah” atau “ilah”, (ilah2). Nama ini ditemukan sebanyak 812 kali di dalam Pentateuch (cth: Kej.1:1) dan 2600 kali di Perjanjian Lama (Ringgren: TDOT, 2570). Kata ini juga ditemukan dalam kitab Musa sebanyak 250 kali, yang mengacu kepada allah2 orang kafir (Kel. 20:3; 23:13; 32:1; Ul.4:7, 28; 5:7). Nama kedua adalah YHWH. Nama ini disebut dengan Tetragrammaton, the “four letter”. Ini adalah nama personal/pribadi yang diperkenalkan Allah kepada Musa, yaitu ketika Musa bertanya tentang siapa nama Allah (Kel. 3:12-15). Nama ini paling sering ditemukan dalam Alkitab bahasa Ibrani (MT). Nama YHWH terdapat 1828 dalam Kitab Musa (cth: Kej.2: 4) dan 6828 kali di dalam Perjanjian Lama. Menurut catatan-catatan kuno, nama YHWH ditemukan paling awal pada batu Moab (abad 9 SM), Kuntillet ‘Ajrud (abad 8 SM), Khirbet el-Qom (abad 8 SM), Khirbet Beit (abad 6 SM). (See Miller, The Religion of Ancient Israel). Nama personal YHWH ini dianggap merupakan milik orang Ibrani, karena sebelum Musa, tidak ada istilah/nama ini ditemukan di luar Israel. Ditemukan di Mesir pada abad 14 dari text Amenophis III. Tidak diketahui secara jelas dari mana sumbernya, walau dikaitkan dengan Sinai dan Midian, sehingga diduga muncul dari daerah Selatan (contoh: Kel.3:6). Menarik untuk diamati bahwa ketika orang atau kelompok tertentu mempertentangkan antara nama YHWH dan ELOHIM, kedua nama ini muncul secara bersamaan di dalam Kitab Musa. Sebagai contoh yang sangat jelas, di dalam kitab Keluaran kita membaca bahwa ketika Allah memperkenalkan diri kepada Musa, kedua nama ini muncul secara sekaligus: Va yomer Elohim el Moseh Ehyeh asher Ehyeh (Kel. 3:14). Selanjutnya, di dalam Kel. 20:2 kita membaca: “Akulah YHWH ELOHIM...” Pada ayat 3 tertulis: “Lo yehieh lekha Elohim aterim al fani”. Kita telah melihat dua nama yang digunakan untuk Allah, yaitu YHWH dan ELOHIM. Nama ketiga yang digunakan untul Allah adalah ADONAI (bentuk jamak: My Lords). Nama ini digunakan untuk mencegah penyebutan nama YHWH, di mana bangsa Israel sangat ketakutan menyebut nama tsb secara sembarangan. Hal itu sesuai dengan Hukum Taurat ke-3 untuk tidak menyebut nama Allah dengan sia-sia. Nama ini ditemukan sebanyak 457 kali: 18 kali dalam Pentateuch (Kej. 15:2) dan 439 dalam Perjanjian Lama. Jadi, semangat untuk menghindari penyebutan nama YHWH tsb di atas berbeda dengan semangat yang dikembangkan kelompok tertentu di Indonesia, di mana mereka malah terus menerus memakai nama itu, sehingga terkesan menyebutnya secara sembarangan atau sia-sia. Penting untuk kita perhatikan bahwa di dalam LXX (Septuaginta), yaitu PL berbahasa Yunani, kata “ADONAI” diterjemahkan dengan KURIOS. Nama KURIOS inilah yang diberikan kepada Yesus di PB. Rasul Paulus menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengaku “Yesus adalah Tuhan (KURIOS)” selain oleh Roh Kudus (1Kor.12:3). Di dalam konteks penulisan ayat tersebut, yang dianggap Tuhan atau KURIOS atau penguasa dan pemilik hidup mereka adalah Kaisar. Jadi pengakuan adanya KURIOS yang lain di luar Kaisar, sungguh sangat berbahaya. Namun demikian, kutipan “Yesus adalah Tuhan” tersebut di atas merupakan kredo (pengakuan iman) Gereja mula-mula. Salah satu kredo terpendek, namun sangat penting dan mendasar! Selanjutnya, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kita perlu menggaris bawahi agar tidak mempertentangkan penggunaan nama YHWH dan ELOHIM, di mana kita dapat menemukan kombinasi kedua nama tersebut, yaitu YHWH ELOHIM: Kej. 2: 4b-3:24; Kej. 21:1b-5, 6, 8-21Kel. 3: 14; Kel. 20:2. (Elijah sendiri berarti YHWH adalah Allahku (Eli = my God). Kita juga menemukan kombinasi kedua nama tersebut ketika Allah melarang umatNya beribadah kepada allah lain: “Jangan ada padamu Allah lain di hadapanKu” (Kel. 20:3) “Lo Yehieh ekha ELOHIM aterim al fani. Kel. 34:6, Allah Israel menyebut namaNya: “YHWH YHWH ‘el rachum vechannun” (Tuhan, Tuhan adalah Allah rahmani dan murah hati). Apakah teori sumber dapat dibenarkan? Sejak abad 18, dua nama Allah “Elohim” dan YHWH menjadi topik utama diskusi, khususnya di dalam kehadirannya di kitab Musa. Beberapa bagian menulis dengan YHWH (Kej. 2:4b-4:24), sedangkan sebagian lain menggunakan kata Elohim (Kej. 1:1 dan 20:1b-17). Karena itu diduga adanya sedikitnya dua sumber penulis nama tsb. Sumber J: Jahwist. E (Elohist), P (Priest). Masalah dari teori sumber ini adalah bahwa sumber J, E dan P juga menyebut Elohim. Kej.1 (P) hanya menggunakan Elohim. Tetapi Kej.2:4b- 3:24 nama gabungan YHWH Elohim. Pada Kej. 21:1 muncul kedua nama: 21:1a (YHWH) dan Elohim (1b-5) (P) dan ayat 6, 8-21 (E). Ayat 7 yang tidak ada nama Allah atau YHWH adalah (J). Jika dokumen J dan E adalah sumber independen, maka kita akan mengharapkan adanya penggunaan nama YHWH atau Elohim secara menyolok. Kenyataannya tidak demikian, malah yang ditemukan adalah penggabungan dua nama. Yang menarik adalah pada Kej.21, kelihatannya nama YHWH disamakan dengan Elohim. Nama YHWH muncul pada ayat 1, tapi selanjutnya nama Elohim yang digunakan. Lalu bagaimana menjelaskan kenyataan tersebut? Para theolog Perjanjian Lama mencoba memberikan berbagai pemikiran yang mungkin terjadi. Misalnya, U. Cassutto mencoba menjelaskan bahwa penggunaan kedua nama YHWH dan Elohim mengandung makna theologis. Menurutnya, nama YHWH adalah nama pribadi (personal). Nama ini digunakan jika bicara mengenai konsep bangsa Isarel tentang Allah, atau ketika dikaitkan dengan pekerjaan Allah dalam sejarah Israel. Sedangkan nama Elohim adalah nama generik (generic name), mengacu kepada karakter tertentu dari Allah, mengandung ide abstrak, juga mengacu kepada Allah yang transenden, mahakuasa dan universal (umum), serta dikaitkan dengan penciptaan. YHWH dianggap nama yang menunjukkan relasi, keintiman dengan Allah. Apakah pandangan tersebut dapat diterima? Dalam beberapa kasus, memang hal itu berlaku, tapi di dalam bagian2 lain, hal itu tidak dapat diterapkan. Di pihak lain, Segal mengatakan bahwa penggantian nama adalah demi variasi, karena penulis memang tidak membedakannya. Jika Segal benar, maka bagaimana menjelaskan bahwa ada pemakaian salah satu nama secara terus menerus, bukan bergantian? Membingungkan memang. Kelihatannya, para ahli PL belum tiba kepada kesepakatan. Tapi yang jelas, teori hipotesa dokumen (teori sumber) tidak cukup menjelaskan nama yang berbeda itu. Karena itu, harap teori itu jangan dimutlakkan.-(www.mangapulsagala.com).

Jumat, 03 Februari 2012

MISKIN DIHADAPAN ALLAH

Oleh: Pdt. Dr.Erastus Sabdono.M.Th

Saudara-saudaraku yang terkasih, Bila kita membaca kitab Kejadian 32:22-32, kita akan melihat kisah pergumulan antara Yakub dengan Allah. Pergumulan itu terjadi ketika Yakub sedang berada dalam puncak kesulitannya. Pada saat itu ia sedang bermasalah dengan Esau yang telah ia tipu. Dalam pergumulannya dengan Tuhan, sendi pangkal pahanya terpelecok karena dipukul. Apa yang kita dapat timba dari pengalaman Yakub ini? Kesombongan manusia berpijak pada sikap hatinya yang merasa mampu menopang dirinya dengan segala kemampuan yang ada padanya, sehingga ia merasa sering jatuh pada kesalahan seperti ini. Dan biasanya pula Tuhan memaksa mereka untuk mengalami apa yang pernah dialami oleh Yakub. Tuhan akan memukul pangkal pahanya untuk membuatnya tidak dapat berdiri tegak, dan pada saat itulah manusia akan menyadari bahwa ia adalah makhluk yang terbatas, dan mulai mengakui kebesaran Tuhan atas hidupnya. Dalam kisah Raja Nebukadnezar dalam kitab Daniel, kita akan melihat bahwa raja tersebut tidak lagi mengakui kebesaran Tuhan Semesta Alam sebagai yang Mahabesar karena ia sudah merasa besar.

Padahal ia sudah menyaksikan sebelumnya lewat hikmat Daniel. Ia malah hanyut tenggelam dalam kesombongannya, dan Tuhan menjatuhkannya! (Dan. 4:24-25) Dalam cerita ini kita akan mengetahui bahwa ketika kita mencoba untuk berpaling kepada kekuatan di luar Tuhan dan merasa aman, di situ kita akan kurang mengakui atau tidak mengakui kebesaran-Nya. Dan Tuhan tidak akan tinggal diam. Ia akan meremukkan kita. Jadi percuma kita berkata kepada Tuhan bahwa Tuhan Mahabesar, kalau ternyata sikap hati kita tidak dapat membuktikan apa yang kita ucapkan. Sudah sedemikian hebatkah kita, sehingga kita berani hidup tanpa bergantung pada kekuatan Tuhan? Banyak contoh dalam Alkitab yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Tetapi pada prinsipnya kita menemukan bahwa Tuhan selalu menentang orang sombong dan mengasihi orang yang rendah hati. Alkitab dalam Yak. 4:6 mengatakan, “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu.

Karena itu Ia katakan: ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’” Inilah karakter Tuhan Semesata Alam yang harus kita kenali betul. Kita tidak bisa memperlakukan-Nya dengan semau kita, terlebih bila kita adalah kekasih-Nya yang telah coba-coba untuk berzina dalam hati dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Salah satu hal yang harus kita takuti dari Tuhan adalah kecemburuan-Nya. Dalam hal ini Tuhan ingin membentuk hati kita agar mau mengakui kebesaran-Nya dan bergantung penuh pada kekuatan-Nya. Sebab itu bagi Saudara yang sedang merasa kuat karena memiliki sesuatu, hati-hati! Janganlah Saudara coba-coba berlindung di balik uang, prestasi, gelar, karier dan reputasi yang Saudara miliki. Karena itu adalah perzinaan rohani, dan Tuhan akan meremukkan kita. Ia tidak mau kita terjerumus dan binasa, itulah mengapa Ia selalu cemburu terhadap hal-hal yang membuat kita tidak bergantung kepada-Nya. Kecemburuan Tuhan bukan berakar pada ego-Nya, melainkan berakar pada kasih-Nya. Ia tahu betul kita akan binasa bila tidak bergantung penuh pada-Nya.

Tuhan cemburu karena Ia ingin menyelamatkan kita dari kebinasaan, bukan karena Ia iri atau tidak ingin melihat kita hidup senang. Akhirnya saya ingin mengajak Saudara untuk tetap merasa kecil dan miskin di hadapan Allah agar supaya benih-benih kesombongan tidak merajalela atas hidup kita, sehingga Allah dapat berdaulat penuh di dalam hidup kita. SolaGracia

Rumah Tangga Yang Diberkati


Oleh: Pdt.Dr.Erastus Sabdono,M.Th

Saudara-saudaraku yang terkasih, Hal berumah tangga adalah pokok penting yang sangat kita butuhkan. Sebab menurut catatan, angka perceraian semakin meningkat. Konon di dunia barat, dua dari tiga perkawinan mengalami perceraian. Saat ini tiga dari lima perkawinan mengalami perceraian. Lalu bagaimana dengan rumah tangga orang Kristen saat ini? Seharusnya hidup anak-anak Tuhan tidaklah seperti itu. Karena rumah tangga yang dibangun dari perkawinan itu, ternyata lahir dari inisiatif Allah sendiri. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan sebagai pria dan wanita. Dualitas manusia ini telah mengandung rencana Tuhan. Dalam Kej. 1:28 Alkitab mengatakan, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’” Ayat ini mengandung makna prokreasi, yang artinya Allah telah memercayakan manusia untuk menciptakan manusia-manusia lain. Ini adalah suatu hal yang luar biasa! Untuk itu Allah sangat mengharapkan sekali agar setiap anak Tuhan, baik pria maupun wanita dapat menghargai dan menghormati sebuah perkawinan dan rumah tangga.


Dalam mengarungi lautan kehidupan ini, saya sadar betul bahwa bahtera rumah tangga kita tidaklah akan lepas dari badai dan gelombang-gelombang pencobaan. Untuk itu marilah kita memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab dalam Ef. 5:22-28 sebagai undang-undang perkawinan yang harus kita taati. Dalam ayat tersebut kita dapat melihat aturan main dalam rumah tangga Kristen. Dan aturan ini tidak dapat kita tawar-tawar. Aturan yang pertama, perkawinan itu adalah monogami. Tidak ada yang namanya pria atau wanita idaman lain. Kita sebagai umat Perjanjian Baru adalah anak-anak Tuhan yang dikembalikan kepada pola rumah tangga ideal seperti yang Allah kehendaki sejak Allah menciptakan manusia pada mulanya. Kejatuhan manusia dalam dosa membuat manusia tidak dapat mencapai standar kesucian Allah, juga dalam membangun rumah tangga yang ideal; sehingga kita menemukan umat Perjanjian Lama tidak memiliki pola hidup rumah tangga yang ideal. Tuhan tidak menuntut mereka, karena mereka tidak memiliki Roh Kudus seperti yang kita miliki. Mereka tidak memberi kebenaran seperti yang kita miliki. Ingat, yang diberi banyak, dituntut banyak; dan yang diberi sedikit, akan dituntut sedikit (Luk. 12:48).


Standar hidup kita haruslah berbeda dengan standar hidup orang dunia. Aturan yang kedua, pernikahan Kristen adalah perkawinan yang antiperceraian. Hanya kematian yang dapat memisahkan pernikahan tersebut. Dalam kekristenan, kata “cerai” adalah kata yang paling pantang diucapkan oleh seorang suami atau istri. Apa pun kesalahan yang dilakukan oleh pasangan kita, Tuhan mengajarkan untuk mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kita. Aturan yang ketiga, istri tunduk kepada suami, dan suami harus mengasihi istrinya. Hal ini bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukanlah hal yang mustahil. Untuk itu, pasangan suami-istri harus tumbuh bersama di dalam pengenalan yang benar akan Tuhan. Suami dan istri harus berani untuk menyangkal diri setiap hari demi keutuhan keluarga dan demi kemuliaan Surga. SolaGracia.

Kamis, 02 Februari 2012

Memandang Salib Rajaku


Galatia 6:14




Dalam hari-hari menjelang perayaan sengsara dan kebangkitan Yesus pada tahun ini, ada begitu banyak tugas pelayanan yang harus saya kerjakan. Mulai dari menentukan tema untuk tiga acara "besar" : Malam Getsemani (Kamis), Jumat Agung dan Minggu Paskah sampai dengan membuat liturgi kebaktian untuk acara-acara tersebut. Waktu harus memilih tema untuk Kebaktian Jumat Agung yang disertai dengan Perjamuan Kudus, maka pilihan saya jatuh ke tema "Memandang Salib Rajaku" yang juga menjadi judul renungan ini. Tema tersebut saya angkat dari salah satu lagu yang terdapat dalam Kidung Jemaat. Judul asli dari lagu yang terdapat dalam Kidung Jemaat no 169 tersebut adalah When I Survey the Wondrous Cross yang ditulis oleh Isaac Watts pada tahun 1707. Hampir 300 tahun lagu itu telah berkumandang dan akan terus menggetarkan hati banyak orang.
Dalam versi terjemahan Kidung Jemaat, pada bait pertama tertulis :
Memandang salib Rajaku yang mati untuk dunia,
Ku rasa hancur congkakku dan harta hilang harganya
Bait pertama tersebut senantiasa mengingatkan saya bahwa manusia yang tergantung di kayu salib tersebut sebenarnya adalah raja dan junjungan saya. Menyaksikan seorang raja dalam kemulian dan kejayaan adalah suatu yang biasa. Menyaksikan seorang raja dalam kehinaan dan kematiannya adalah sebuah peristiwa luar biasa. Apalagi kematian di atas kayu salib yang begitu memilukan dan memalukan. Seorang raja yang punya segala kuasa harus mati di atas kayu salib bersama-sama dengan dua orang pelaku kejahatan kelas berat. Betapa tragisnya. Ketika Manusia Punya Sedikit Kuasa
Dalam kehidupan sehari-hari kita telah menyaksikan betapa kekuasaan itu identik dengan kekuatan, penghargaan dan kekayaan. Siapapun yang berkuasa akan dengan mudah mendapatkan akses yang terbuka lebar kepada tiga hal tersebut. Tidak mengherankan apabila kekuasaan selalu diperebutkan, kalau perlu dengan mempertaruhkan nyawa orang lain atau bahkan nyawa diri sendiri. Ada godaan yang begitu besar bagi setiap penguasa untuk memanfaatkan kekuasaan bagi diri dan kelomponya sendiri. Hal ini tepat seperti apa yang pernah dikatakan oleh Lord Ancton bahwa, "Power tends to corrupts and absolute power corrupts absolutely". Hampir semua orang, selain haus dengan kekuasaan juga punya kecenderungan untuk memamerkan kuasanya. Sebagai contoh sederhana adalah soal antrian mengambil atau menyetor uang di bank. Dalam satu kesempatan di tengah antrian yang begitu panjang di sebuah bank, seseorang dengan pakaian dinas dari sebuah kantor pemerintah tiba-tiba berjalan maju dan melewati begitu saja antrian orang dan kemudian menaruh buku tabungannya di teller. Seorang satpam yang mencoba mengingatkan pun hanya terseyum kecut tatkala orang yang bersangkutan dengan tenang mengatakan, "Ini urusan dinas, jangan ikut campur." Entah benar atau tidak perkataan itu, yang jelas orang bersangkutan mengatakan demikian sambil sedikit membuka jaketnya untuk menunjukkan apa yang ada di balik jaket itu : sebuah senjata api.
Silakan juga memperhatikan bagaimana ganasnya sebagian pegawai ketertiban umum dalam "menertibkan" para pedagang kaki lima. Tentu saja saya tidak bermaksud untuk membenarkan pedagang kaki lima yang melanggar aturan. Aturan memang harus ditaati dan ditegakkan, tetapi tentu dengan cara-cara yang manusiawi. Tidak jarang terdengar kabar bahwa konon-entah benar atau tidak--para petugas ketertiban umum itu juga meminta bantuan para preman untuk menjalankan tugasnya. Dalam waktu beberapa saat berhamburanlah manusia yang sedang mencari makan untuk hidupnya. Kadang ada tendangan dan pukulan, tidak jarang pula ada kerusakan barang-barang dagangan. Manusia yang sehari-hari juga makan nasi itu tiba-tiba saja bisa menjadi begitu garang dan ganas ketika sudah memakai seragam tertentu dan menenteng pentungan. Atas nama peraturan ketertiban dilakukanlah "penertiban" dengan cara yang tentu saja tidak bisa dibilang tertib itu. Sedikit lebih jauh, bukankah sebenarnya para petugas ketertiban umum itu tidak jarang harus melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan hati nurani mereka. Tidak ada di antara mereka yang lahir dengan kecendurangan untuk merusak dan menginjak-injak milik orang lain. Mungkin mereka terpaksa melakukannya karena kuasa di atas mereka. Kekuasaan yang ada di atas mereka telah memaksa mereka menjadi tidak lebih dari sekedar "alat". Keberadaan para petugas ketertiban itu, menurut saya, seringkali merupakan contoh nyata betapa kekuasaan manusia itu cenderung tidak memanusiakan manusia lain.
Ingin melihat contoh yang lain? Silakan tengok pada apa yang terjadi di dalam kehidupan bergereja kita. Tidak terbilang berapa kali saya mendengar keluhan bahwa majelis di gereja tertentu begitu dan begini, juga keluhan adanya pendeta di gereja tertentu yang juga begitu dan begini. Begitu dan begini yang saya maksud tentu bukan suatu hal yang baik dan menyenangkan. Kalau Anda ingin melihat bagaimana sebetulnya sebagian besar warga gereja berperilaku, jangan memperhatikan apa yang mereka lakukan waktu mengikuti ibadah minggu pagi. Silakan aja datang dan memperhatikan-apabila diijinkan tentunya-situasi rapat kerja majelis atau komisi. Tentu saja ada di beberapa tempat di mana rapat-rapat itu menjadi sedemikian lancar dan menyenangkan. Di sisi lain, ada juga rapat-rapat seperti itu berubah menjadi ajang debat kusir yang sangat memanas plus kadang-kadang ada juga yang disertai dengan tindakan menggebrak meja-yang tentunya tidak bisa protes mengapa dirinya digebrak-gebrak. Maka terjadilah adu kefasihan lidah untuk berbicara, adu kuat dukungan pengikut dan juga mungkin adu fisik, kalau tidak segera dilerai. Semua ingin menjadi orang yang berkuasa. Semua ingin dilihat sebagai orang yang punya pengaruh dan pengikut. Dalam batas-batas tertentu keinginan tersebut adalah wajar, tetapi cara untuk mewujudkannya itulah yang seringkali menjadi masalah.

Ketika manusia berkuasa-entah di masyarakat dan bahkan gereja-ada kecenderungan untuk tidak memanusiakan manusia lain. Kuasa itu seringkali menutup manusia untuk melihat bahwa orang lain adalah juga manusia yang tentunya harus diperlakukan secara manusiawi. Satu-satunya yang dimanusiakan oleh kekuasaan itu adalah para penguasa itu sendiri. Tidak mengherankan apabila kekuasaan bisa mengubah orientasi hidup seseorang. Betapa banyak hal itu telah kita saksikan di dalam bangsa ini dan juga di dalam gereja kita.
Ketika Yesus Kristus Punya Segala Kuasa Alkitab jelas berbicara bahwa Yesus Kristus mempunyai segala kuasa di bumi dan di surga. Pada malam menjelang penangkapannya di Getsemani, Ia menghardik Petrus yang berlagak membelanya dengan pedang. Ia mengatakan bahwa jika Ia mau maka Allah akan mengirim pasukan malaikat untuk menyelamatkan-Nya. Yesus Kristus, yang punya segala kuasa itu ternyata menyerah di bawah todongan senjata prajurit-prajurit Romawi. Mulailah masa kesengsaraan bagi dirinya. Yesus Kristus yang adalah raja segala raja itu harus diadili oleh penguasa-penguasa agama dan politik yang sebenarnya hanya punya secuil kuasa. Dalam perjumpaannya dengan Pilatus yang dengan pongah berkata, "Tidakkah Engkau mau berbicara dengan aku? Tidakkah engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus mengingatkan bahwa kuasa yang dimiliki oleh Pilatus berasal dari atas. Ia berkata, "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas" (Yoh 19).
Menjelang disalibkan pun, Yesus raja segala raja itu harus rela diolok-olok oleh para prajurit. Mereka mengenakan jubah ungu dan menaruh sebuah mahkota duri di atas kepala-Nya. Sebuah olok-olok yang sangat menyakitkan. Injil Matius menulis bahwa para prajurit itu itu memukul kepala-Nya dan juga meludahi-Nya dan berpura-pura berlutut menyembah-Nya (Mat 26:67). Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada pura-pura diperlakukan sebagai seorang raja padahal dirinya sendiri benar-benar adalah seorang raja. Ketika Yesus Kristus sudah berada di atas kayu salib, para prajurit pun tidak henti-hentinya mengolok-olok dan meminta-Nya untuk memperlihatkan kuasanya dengan turun dari atas kayu salib. Tulisan yang di pasang di atas salib itu sendiri bahkan adalah sebuah olokan bagi-Nya.
Jika Yesus benar-benar raja yang berkuasa, mengapa ia tidak segera membungkam mulut mereka yang mengolok-oloknya dengan menunjukkan sedikit saja kuasa-Nya? Bukankah Yesus yang sama juga inilah yang telah melakukan banyak mukjizat? Bukankah sepatah kata yang keluar dari mulutnya bisa menghanguskan semua manusia yang mengolok-oloknya? Bukankah sepatah kata yang keluar dari mulut-Nya bisa memanggil malaikat di surga? Tidak banyak kata-kata yang keluar dari mulut Yesus. Di antara kata-kata yang tidak banyak itu tidak terdapat kutukan atau caci maki dan juga ancaman. Dari mulut-Nya itu justru keluar kata-kata kasih dan pengampunan.
Waktu saya memandang salib Yesus, kembali saya diingatkan apa artinya menjadi berkuasa atau memiliki kuasa. Menjadi berkuasa atau memiliki kuasa berarti mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu bagi manusia lain. Bukan untuk mengambil keuntungan dari orang lain, tetapi untuk memberi keuntungan bagi orang lain. Salib itu mengingatkan saya bahwa kekuasaaan yang sesungguhnya bertujuaan untuk menanusiakan manusia lain dan bukan hanya memanusiakan mereka yang berkuasa. Salib itu mengingatkan saya bahwa kebesaran kekuasaaan diukur bukan dengan seberapa banyak yang bisa diperoleh dengan kekuasaan itu, tetapi seberapa besar kekuasaan itu memberi kepada orang lain. Itu yang saya lihat dari salib. Itu yang saya lihat dari diri Yesus. Kuasa-Nya digunakan untuk memberi dan memanusiakan manusia lain.

 
Doa dan harapan saya, semoga di masa Pra-Paskah ini, Yesus Kristus membuka mata dan telinga kita untuk melihat betapa banyaknya korban-korban kekuasaan yang ada di sekeliling kita. Betapa banyak manusia yang tidak lagi diperlakukan sebagai manusia oleh karena kekuasaan. Tidak harus jauh-jauh melemparkan pandangan ke Aceh atau Papua, tetapi mulailah di sekeliling kita. Mulailah melihat ke dalam keluarga kita sendiri. Apakah selama ini "kekuasaan" yang kita miliki telah tidak memanusiakan anak-anak atau pasangan kita sendiri? Bukankah caci-maki dan pukulan bertubi-tubi sekedar untuk melampiaskan emosi adalah tindakan yang tidak memanusiakan anak atau pasangan hidup kita? Atau bagaimana dengan situasi di kantor tempat kita bekerja? Atau gereja tempat kita menjadi anggota dan beribadah? Apakah kita telah menggunakan kuasa yang mungkin ada pada kita untuk memanusiakan manusia lain? Atau justru untuk menghilangkan kemanusiaan manusia lain? Semoga kita semua bisa menjadi seperti Yesus: seorang manusia bagi manusia lain. Amin

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KRISTUS

Efesus 3:13-21
Oleh Pdt.Bob Jokiman

Tujuan Agar jemaat dapat mengucap syukur pada Tuhan yang maha baik sekalipun dalam kondisi yang sepertinya tidak memungkinkan untuk pengucapan syukur itu. Pendahuluan : Pada suatu hari ketika theolog beken kelahiran Swedia-Jerman; Karl Barth menumpang kendaraan umum di kota Basel, Switzerland; di mana ia akan memberi kuliah. Seorang turis asing turut menaiki kendaraan umum tersebut dan duduk di sampingnya. Keduanya lalu mulai bercakap-cakap. Barth bertanya: "Apakah anda baru di kota ini?" "Ya" jawab sang turis. Barth bertanya kembali:"Apakah ada sesuatu yang khusus yang ingin anda lihat di kota ini?" "Ya" jawabnya sambil melanjutkan:"Saya ingin bertemu dengan theolog yang terkenal Karl Barth. Apakah anda mengenalnya?" "Oh kenal sekali" Jawab Barth dengan penuh gairah "Tiap pagi saya mencukurnya (shave)". Kemudian turis itu turun di depan hotel di mana ia tinggal. Ketika bertemu temannya, dengan gembira ia berkata:"Wah hari ini saya punya pengalaman luar biasa. Saya bertemu tukang cukurnya Karl Barth". Anda tentu tersenyum membaca anekdot tersebut. Dapat anda bayangkan betapa sukacitanya jika turis tersebut dapat bertemu Karl Barth secara langsung. Demikian juga kita jika dapat lebih mengenal kasih Kristus maka kita akan menghadapi hidup ini dengan sikap yang beda, sehingga kita sanggup pula melakukan sesuatu yang berbeda dalam hidup ini. Dalam menyambut hari Thanksgiving tahun ini saya ingin mengajak anda mengukur kasih Kristus melalui surat Paulus kepada Jemaat Efesus 3:13-21; untuk mendorong kita mengucap syukur kepada Allah sekalipun dalam keadaan yang sulit bagi kita untuk mengucap syukur. Khususnya sebagai penduduk California Selatan yang baru mengalami musibah kebakaran yang terbesar dalam 50 tahun terakhir ini. Meskipun secara pribadi kita tidak menjadi korban langsung tetapi kebakaran yang terjadi menjelang akhir bulan Oktober lalu yang oleh presiden Bush dinyatakan sebagai bencana nasional dengan mengakibatkan belasan korban jiwa, ribuan rumah hangus, harta milik yang tak terhitung serta ratusan ribu hektar hutan yang musnah. Tidak berarti bahwa kita melepaskan diri dari trauma, kesedihan dan penderitaan puluhan ribu keluarga di California Selatan ini. Saudara sekalipun berada di tengah puing-puing yang runtuh, keterhilangan yang sulit untuk dilukiskan serta kekuatiran menghadapi masa depan oleh banyak penduduk California Selatan yang menjadi korban keganasan api Oktober itu, apakah kita masih dapat kita mengucap syukur? Dari kesesakan ke pengucapan syukur. Jika anda menyimak nas bacaan tersebut maka anda akan menemukan bahwa perikop tersebut diawali dengan ketidak-nyamanan yang dialami Paulus dan hidupnya :".supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu" dan diakhiri dengan sebuah pujian atau Doxologi kepada Allah:". bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin." (Efesus 3:13,21) Ketika menulis surat Efesus Paulus sedang berada di penjara. Ia dipenjara bukan karena melakukan perbuatan kriminil, ia dipenjara karena ia mengabarkan Injil. Terpenjaranya Paulus tentu menimbulkan banyak reaksi bagi jemaat-jemaat yang pernah dilayaninya. Khususnya Jemaat Efesus di mana Paulus mempunyai hubungan yang akrab. Dalam Kisah Rasul dicatat bahwa Paulus tinggal selama beberapa tahun di Efesus untuk mengabarkan Injil, membentuk jemaat, menggembalakan serta mengajar di balai Tiranus. (Kisah 19:9). Banyak yang mengagumi dan mengasihi Paulus di Efesus, ini terlihat ketika Paulus akan ke Yerusalem di mana ia akan menghadapi penganiayaan. Jemaat dan para pemimpin Gereja Efesus mengadakan perpisahan khusus dengan penuh air mata, "Maka menangislah mereka semua tersedu-sedu dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia. Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena ia katakan, bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi." (Kisah 20:37-38) Kini ketika mereka tahu bahwa Paulus benar-benar berada dalam penjara, tentu membuat mereka sangat sedih dan gelisah. Maka Paulus menulis surat tersebut untuk menghibur mereka. Paulus mengajak mereka untuk bersikap optimis menghadapi keadaan yang pesimistis, Paulus menghimbau dan mendoakan mereka untuk mengubah kesesakan menjadi ucapan syukur! Bagaimanakah kita dapat mengubah kesesakan menjadi pengucapan syukur? Paulus mengajak kita untuk mengukur kasih Kristus. Kasih Kristus yang tak terukur Kepada Jemaat yang mempertanyakan kesesakan yang dialami Paulus, ia mendoakan supaya mereka "bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan." Itulah yang akan "menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih." Efesus 3:18-19, 16 -17 Dengan perkataan lain; melalui penghayatan yang benar akan kasih Kristus mereka disanggupkan untuk mengucap syukur di tengah kesesakan. Sebelum kita menyimak lebih jauh makna "betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus" marilah kita menengok sejenak pernyataan yang mirip dalam Perjanjian Lama yang diucapkan Zofar, orang Naaman, yang berdialog dengan temannya Ayub, yang sedang menderita itu:"Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit--apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati--apa yang dapat kauketahui? Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera. " (Ayub 11:7-9). Melalui pernyataan tesebut jelas sekali terlihat betapa sulitnya kita mengukur hakekat Allah itu, demikian pula dengan kasih Kristus. Measuring Christ's love is impossible, we are attempting to measure theim measurable! Kasih Kristus sangat lebar menjangkau semua suku bangsa di dunia, Israel, Indonesia, Tionghoa, Amerika, India dan sebagainya. Demikian panjangnya menjangkau semua orang yang pernah dan akan hidup dalam sejarah, sejak awal dan akhir sejarah dunia. Kristus adalah Pusat Penyelamatan baik untuk orang-orang Perjanjian Lama yang memandang ke depan maupun Perjanjian Baru yang menenghok ke belakang. Demikian tingginya "melampaui segala pengetahuan", tidak dapat dimengerti dengan rasio kita. Demikian dalam menjangkau orang yang paling berdosa sekalipun seperti Paulus yang menyebut dirinya "yang paling hina di antara segala orang kudus". (Efesus 3:8) Dalam bukunya 'A Call to Spiritual Reformation', Don Carson mengingat kembali bagaimama sebagai anak berusia 10 tahun menderita penyakit serius dan harus dirawat di rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan pemulihan selama beberapa bulan di rumah. Ia ingat pada suatu hari ketika terbangun dan menemukan ibunya berada di tepi tempat tidur menangis terseduh-seduh. Ia melihat ibunya dan sesuai kemampuan anak yang baru berusia 10 tahun ia berkata: "Why Mum, you really love me". Perkataan itu sangat menyentuh hati ibunya sehingga ia berlari ke luar kamar dengan banjir air mata. Jika kita bertanya kepada Don Carson apakah pada hari-hari sebelumnya ibunya mengasihi dia, tentu ia akan menjawab "Iya! Ia mengasihi saya". Namun di saat itu ia tiba-tiba sadar dan tahu dengan cara yang baru dan segar bahwa ibunya mengasihi dia. Pengalaman tersebut mengingatkan dia akan kasih ibunya lebih nyata dari sebelumnya. Dengan memahami "betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus' kiranya membuat kita sadar dan tahu dengan cara yang baru dan segar bahwa Kristus sungguh mengasihi kita serta mendorong kita untuk sanggup mengucap syukur di tengah kesesakan hidup ini. Berkat Allah yang tak terduga Jika kita perhatikan keseluruhan surat Efesus kita akan menemukan suatu keunikan yang tidak terdapat dalam surat-surat Paulus lainnya. Keunikan tersebut ialah dipanjatkannya Doxologi di tengah-tengah surat tersebut, bukan pada akhir suratnya seperti yang lazim dilakukannya. Mengapa sampai hal itu bisa terjadi? Tidak lain dan tidak bukan karena Paulus tidak dapat menahan gejolak hati yang begitu merasakan kebesaran serta kemurahan Allah yang luar biasa dalam hidupnya. Selain telah mengalami kasih Kristus yang tak terukur itu, dia juga mengalami bagaimana Allah "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita" Baik dalam kehidupan maupun pelayanannya. (Efesus 3:20) Pengalaman Paulus telah menunjukkan kebenaran tersebut tatkala ia menulis:" Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." ( 2 Kor.4:7-9) Semua itu membuktikan bahwa Allah "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita" Itukah sebabnya Paulus menghendaki di tengah kesesakan yang dialami oleh umat Kristen saat itu, tetap beriman teguh kepada Allah yang "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita". Jikalau saat ini kita berada dalam kesesakan yang dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan 'tribulation' atau 'suffering', marilah kita merenungkan sejenak hidup kita selama ini. Bukankah terlalu banyak berkat Allah yang tak terduga kita alami? Bandingkan saja hidup kita sekarang ini dengan beberapa tahun lalu, khususnya sebagai perantau-perantau di negara ini. Kalau satu persatu harus disaksikan bukankah halaman yang tersedia tidak akan mencukupi? Jikalau kita harus menghitung semua berkat Allah yang tak terduga yang kita terima selama ini, bukankah semua itu akan mendorong kita untuk memanjatkan Doxologi kepada Allah seperti halnya Paulus sekalipun kita belum selesai mendengarkan khotbah ini ? Saya tidak tahu kesesakan apa yang sedang anda dan keluarga hadapi saat ini. Apakah anda turut menjadi korban kebakaran Oktober tersebut? Saya tidak tahu, namun kesesakan apapun yang anda hadapi hendaklah anda beriman teguh seperti Paulus, percaya tanpa bimbang bahwa Allah "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita". Tatkala umat Israel menghadapi kesulitan dalam hidup mereka Allah selalu mengingatkan agar mereka tidak melupakan bagaimana Allah telah memimpin,menyertai dan menyatakan kuasa-Nya dalam perjalanan hidup mereka di masa lalu, khususnya melepaskan mereka dari perbudakan Firaun di Mesir seperti yang tertulis dalam Mazmur 105 dan 106. . Demikian juga hendaknya kita, tatkala merasa bahwa perjalanan hidup kita mengalami kesulitan hendaklah kita tidak melupakan bagaimana Tuhan telah memimpin, menyertai dan menyatakan kuasa-Nya dalam perjalanan hidup kita di masa lalu, khususnya melepaskan kita dari perbudakan dosa oleh si iblis dengan mati di kayu salib menggantikan kita sebagai Penebus dan Juruselamat! Percayalah bahwa dalam kehidupan selanjutnya Allah yang "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita" tidak akan pernah meninggalkan kita. Dengan demikian kita dapat mengubah kesesakan menjadi Doxologi. Amin.

The Spirit of Christmas

Pdt. Robert R. Siahaan 
Kelahiran Yesus Kristus sejatinya merupakan berita sentral dari seluruh Alkitab dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, dan kelahiran Yesus telah menjadi perayaan massa terbesar di dunia setiap bulan Desember. Kata “Christmas” sendiri berasal dari kata “Christ” (Kristus, dalam bahasa Yunani berarti “yang diurapi”) dan kata “mass”, yang berarti perayaan (celebration), secara sederhana “Christmas” dapat diartikan perayaan tentang Kristus dan kelahiran-Nya (perayaan natal). Sekalipun keotentikan mengenai perayaan Natal dan mengenai hari serta tanggal kelahiran Kristus tidak pernah berhenti diperdebatkan banyak kalangan termasuk oleh kalangan non Kristen. Banyak orang yang mencoba menyanggah bahwa kelahiran Kristus bukanlah di bulan Desember dan bukan berasal dari ajaran atau tradisi Alkitab, tetapi merupakan tradisi penyembah berhala (pagan). Namun ternyata tidak dapat disangkal bahwa Alkitab sendiri sesungguhnya menyingkapkan nilai-nilai keagungan yang maha ajaib dan penuh anugerah bagi kehidupan manusia melalui peristiwa kelahiran Kristus (natal). Pada akhirnya setiap orang Kristen yang benar-benar memahami makna dan tujuan dari kelahiran Kristus ke dunia tidak akan meletakkan makna natal pada hari dan tanggal kelahiran Kristus ke dunia. Perhitungan manusia dapat salah total namun Allah tidak mungkin salah dalam menghadirkan rencana dan kehendak kasih-Nya yang kekal bagi orang-orang yang dikasihi-Nya (baca. Ef 1:3-14). Dengan demikian makna perayaan natal tidak berpusat pada hari dan tanggal atau pada rutinitas kesibukan perayaan natal di bulan Desember, tetapi pada kelahiran dan hadirnya Yesus Kristus di dalam diri setiap orang yang telah menerima natal itu di dalam dirinya melalui proses lahir baru yang dikerjakan oleh Allah Roh Kudus di dalam hidupnya (Yoh 3:5; 1Pet 1:23).

Pengalaman Ultimate
Menerima dan memiliki Yesus Kristus merupakan pengalaman menerima kekayaan dan kemuliaan yang tak ternilai dan tak terbayarkan oleh hal apa pun, bahkan sesungguhnya tidak ada manusia yang berhak dan layak menerima Kristus di dalam dirinya kecuali hanya menerimanya sebagai anugerah Allah semata (Ef 2:8-9; 1Pet 1:18-19; Mz 49:8-10). Keselamatan tidak pernah merupakan produk dari usaha dan tindakan serta kemauan atau pilihan manusia, sepenuhnya peristiwa natal dalam diri setiap orang Kristen merupakan pemberian gratis (solagratia) dari Allah. Kepada siapa anugerah itu diberikan dan karena apa seseorang menerima anugerah itu diberikan semuanya dilakukan oleh Allah dalam kasih dan kerelaan serta dalam kedaulatan dan rencana-Nya yang sempurna. Sehingga tidak ada satu orang pun dapat membanggakan diri dan merasa “spesial” ketika ia menjadi seorang Kristen dan memiliki hidup kekal di dalam dirinya (1Yoh 1:11-13). Dampak dari menerima kelahiran Kristus (natal) di dalam diri seorang Kristen adalah bahwa dalam kehidupan orang tersebut memancarkan kembali pribadi Kristus (kasih dan kekudusan-Nya) dalam tingkah laku dan perbuatannya sehari-hari. Perayaan natal terbaik adalah sebuah demonstrasi kehidupan yang penuh dengan terang Kristus dalam kehidupan sehari-hari yang memuliakan Allah (1 Pet 2:9). Seperti tertulis dalam Matius 5:16: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Mengapa berita kedatangan Kristus begitu penting
dan begitu berdampak besar bagi kehidupan manusia? Karena berita natal adalah berita pembebasan kepada manusia yang sedang dijajah dan terbelenggu oleh dosa dan dampak kekal yang diakibatkannya, yaitu kematian kekal (Rm 6:23). Natal bukan hanya membebaskan manusia dari dampak kematian kekal, namun ketika manusia hidup di dunia tanpa kedatangan Kristus, maka hidup manusia akan tetap berada dalam kesia-siaan belaka, tragedi terbesar dan penderitaan terbesar hidup manusia tidak akan pernah terselesaikan. Sesungguhnya semua manusia sedang berjalan dalam kegelapan, dan tanpa disadari oleh semua manusia bahwa ia sedang berjalan menuju jurang kebinasaan (Yes 8:22, 9:1). Api neraka yang menyala-nyala sedang menganga terbuka lebar untuk menyambut kejatuhan dan kematian serta hukuman kekal manusia berdosa (2Pet 2:4; Why 21:8). Namun Alkitab berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

The Spirit of Christmas
Kasih Allah yang besar adalah inti berita natal, rencana dan tindakan penyelamatan hidup manusia dari kesia-siaan dan kematian kekal, demostrasi penebusan dan penyelamatan yang bukan hanya sekedar demostrasi kekuatan dan kekuasaan Allah untuk dapat menyelamatan manusia. Namun lebih didasari oleh kasih yang sempurna yang penuh dengan pengorbanan di kayu salib. Allah sendiri yang menetapkan harga penebusan dan penyelamatan itu, manusia tidak dapat membayarnya, sehingga Allah yang harus membayar “denda” (ransom) dari dosa manusia dengan kematian Kristus di kayu salib (Im 17:11; Ibr 9:22). Merayakan natal di bulan apa dan tanggal berapa pun tidak akan pernah melanggar prinsip kebenaran Alkitab, kapan pun itu dirayakan dengan maksud merayakan kasih dan kebaikan Allah di dalam pribadi sang Juruselamat Dunia, Yesus Kristus akan tetap sah dan bermakna. Perayaan natal di bulan Desember bisa menjadi satu momen perayaan masal di seluruh dunia, tetapi perayaan natal yang sesungguhnya adalah merayakan kelahiran Kristus penebus dosa di dalam tiap-tiap individu yang percaya. Dengan demikian perayaan natal di bulan Desember bukan lagi untuk diperdebatkan, namun dapat dirayakan dengan penuh sukacita dan gegap gempita sebagaimana para gembala bersukacita ketika mendengar kabar kedatangan sang Mesias Juruselamat ke dalam dunia (Luk 2:20). Semangat (spirit) merayakan natal sesungguhnya adalah menghidupi dan menghadirkan Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari dengan selalu menjaga kekudusan hidup, rajin menghasilkan perbuatan-perbuatan baik bagi orang lain dan yang memuliakan Bapa di sorga. Perayaan natal yang sejati bukan dengan pesta-pesta meriah dan bukan untuk pemuasan emosi melalui ibadah-ibadah yang meriah. Semangat natal adalah semangat untuk merendahkan diri dihadapan Allah, merendahkan hati dihadapan manusia, semangat untuk mengasihi dengan tulus, semangat untuk mengampuni orang yang bersalah. Semangat natal adalah semangat untuk selalu bersyukur dan memuji Tuhan, semangat untuk mengasihi Allah dan sesama, semangat untuk memuliakan Allah yang maha tinggi melalui setiap detail kehidupan kita. Gloria in excelsis Deo!

http://reformata.com/news/view/6248/the-spirit-of-christmas